Main Article Content

Abstract

Abstract

The processing of alkali treated cottonii is an alternative to increase the value of Indonesian seaweed. One type of seaweed used is the type of Eucheuma cottonii. The purpose of this study was to: (1) find an alternative replacement for KOH alkali solvent with NaOH as an alkali solvent that was effective in the treatment of alkali treated cottonii. (2) analyze the effect of alkali NaOH treatment, temperature and extraction time on physical quality and yield of alkali treated cottonii, (3) determine the best method of extraction process. This research was carried out by a treatment method consisting of 2 NaOH concentrations 6% and 8%, 70° C and 80° C and 15 minutes and 30 minutes soaking time. Seaweed water content used is 35%. Seaweed was weighed, washed, immersed in NaOH solution in certain temperatures and soaking times. The seweed was dried until 9% water content and then cut to 2-3 cm length. Then physical quality of alkali treated conttoni was measured and the yield was determined. This research was repeated 3 times to obtain 24 experimental units. The range of yields is 27.33-34.00%. The range of gel strength values is equal to 195.70-402.56 g/cm2. The range of viscosity values obtained was 4.39-31.72 cP. Samples showing the best quality were obtained from alkali treated cottonii samples extracted using 8% NaOH concentration, 800C temperature and 30 minutes extraction time fulfilling the quality standards set by FAO and BSN.

Abstrak
Pengolahan alkali treated cottonii merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai rumput laut Indonesia. Salah satu jenis rumput laut yang digunakan yakni jenis Eucheuma cottonii. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mencari alternatif penggantian pelarut alkali KOH dengan NaOH sebagai pelarut alkali yang efektif dalam proses pengolahan alkali treated cottonii. (2) menganalisis pengaruh perlakuan alkali NaOH, suhu dan waktu ekstraksi terhadap mutu fisik dan rendemen alkali treated cottonii, (3) menentukan metode proses ekstraksi yang terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan metode perlakuan yang terdiri atas 2 konsentrasi NaOH yakni 6% dan 8%, suhu 70°C dan 80°C serta lama perendaman 15 menit dan 30 menit. Kadar air rumput laut yang digunakan sebesar 35%. Rumput laut ditimbang dan dicuci, kemudian direndam dalam larutan NaOH dengan 2 konsentrasi (6% dan 8%) pada 2 taraf suhu (70°C dan 80°C) selama 2 taraf waktu (15 menit dan 30 menit). Kemudian rumput laut dicuci sampai mencapai pH 7-9. Selanjutnya rumput laut dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60°C selama 18 jam hingga mencapai kadar air 9%. Kemudian rumput laut dipotong menjadi ukuran 2-3 cm. Penelitian ini diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Tahapan selanjutnya yakni analisis mutu fisik (kekuatan gel dan viskositas) dan rendemen alkali treated cottonii. Kisaran nilai rendemen yakni 27.33-34.00%. Kisaran nilai kekuatan gel yakni sebesar 195.70-402.56 g/cm2. Kisaran nilai viskositas didapatkan sebesar 4.39-31.72 cP. Sampel yang menunjukan kualitas terbaik diperoleh dari sampel alkali treated cottonii yang diekstraksi menggunakan konsentrasi NaOH 8%, suhu 80°C dan waktu ekstraksi 30 menit memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh FAO dan BSN.

Keywords

alkali treated cottonii physical quality yield extraction

Article Details

Author Biographies

Obyn Imhart Pumpente, Institut Pertanian Bogor

Program Studi Pascapanen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor

Lilik Pujantoro Eko Nugroho, Institut Pertanian Bogor

Program Studi Pascapanen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor

Rizal Syarief, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

References

  1. Al-Kindi, H., Y.A. Purwanto dan D. Wulandani.
  2. 2015. Analisis CFD Aliran Udara Panas pada
  3. Pengering Tipe Rak dengan Sumber Energi Gas
  4. Buang. Jurnal Keteknikan Pertanian 3(1): 9-16.
  5. Atmaka, W., E. Nurhartadi, dan M.M. Karim. 2013.
  6. Pengaruh Penggunaan Campuran Karagenan
  7. dan Konjak Terhadap Karakterisik Permen
  8. Jelly Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
  9. Jurnal Teknosains Pangan. 2(2). ISSN: 2302-
  10. 0733.
  11. Azizi, R. dan A. Farahnaky. 2016. Ultrasound
  12. assisted-viscosifying of kappa carrageenan
  13. without heating. Food Hydrocolloids. 61: 85-91.
  14. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Rumput
  15. laut kering. SNI 2690.1:2009. Jakarta: Badan
  16. Standardisasi Nasional.
  17. Campo, V.L., D.F. Kawano, D.B. da Silva, and
  18. I. Carvalho. 2009. Carrageenans: Biological
  19. properties, chemical modifications and structural
  20. analysis. Carbohydrate Polymers. 77(3): 167-
  21. 180.
  22. Chen, Y., M.L. Liao and D.E. Dunstan. 2002. The
  23. rheology of K+ κ- carrageenan as a weak gel.
  24. Carbohydrate Polymers. 50: 109-116.
  25. Djaeni, M., S.B. Sasongko, A. Prasetyaningrum, X.
  26. Jin, and A.J. Boxtel. 2012. Carrageenan drying
  27. with dehumidified air: drying characteristics and
  28. product quality. International Journal of Food
  29. Engineering. 8: 21-27.
  30. [FAO] Food Agriculture Organization. 2007.
  31. Compendium of Food Additive Spesification.
  32. Rome. Communication Division FAO Viale delle
  33. Terme de Caracalla.
  34. [FMC Corp] Food Marine Colloids Corporation.
  35. 1977. Carrageenan: Marine colloid monograph
  36. number one. Springfield New Jersey (ID): Marine
  37. Colloid Division FMC Corporation 23-29.
  38. Feng, L., Y. Cao, D. Xu, S. Wang, and J. Zhang.
  39. 2017. Molecular weight distribution, rheological
  40. property and structural changes of sodium
  41. alginate induced by ultrasound. Ultrasonics
  42. Sonochemistry. 34: 609-615.
  43. Kadir, A.M., Supratomo dan Salengke. 2012.
  44. Karakteristik alkali treated cottonii (ATC) dari
  45. rumput laut Eucheuma cottonii pada berbagai
  46. konsentrasi KOH, lama pemasakan dan suhu
  47. pemanasan. Skripsi Universitas Hasanudin
  48. Makasar. 112 hlm.
  49. Knudsen, N.R., M.T. Ale, F. Ajalloueian, L. Yu, and
  50. A.S. Meyer. 2017. Rheological properties of agar
  51. and carrageenan from Ghanaian red seaweeds.
  52. Food Hydrocolloids. 63: 50-58.
  53. McHugh, D.J. 2003. A Guide to the Seaweed
  54. Industry. Rome. FAO of the United Nations.
  55. Neish, I.C. 1989. Alkali Treatment of Carrageenan
  56. Bearing Seaweeds Past. Present and future.
  57. FMC corporation. Marine colloid Div 11 pp.
  58. Rizal, M., Mappiratu, dan A.R. Razak. 2016.
  59. Optimalisasi produksi semi refined carrageenan
  60. (SRC) dari rumput laut (eucheuma0cottonii).
  61. Kovalen. 2(1): 33-38.
  62. Safitri, E., Sudarno, dan R. Kusdarwati. 2017. Effect
  63. of Adding Carrageenan Against Crude Fiber
  64. Content and Gel Strength Value Increasing in
  65. Composites Kamaboko Products of Mullet Fish
  66. (Mugil cephalus) and Tilapia Fish (Oreochromis
  67. mossambicus). Journal of Marine and Coastal
  68. Science 6(2): 101-114.
  69. Syamsuar. 2006. Karakteristik karaginan rumput
  70. laut Eucheuma cottonii pada berbagai umur
  71. panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi.
  72. Tesis Institut Pertanian Bogor. 89 hlm.
  73. Suryaningrum, M., D.E. Mei. 1991. Pengaruh
  74. perlakuan alkali dan volume larutan pengekstrak
  75. terhadap mutu karaginan dari rumput laut
  76. Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan
  77. Indonesia 9(5): 65-103.
  78. Ulfah, M. 2009. Pemanfaatan Iota Karaginan
  79. (Eucheuma spinosum) dan Kappa Karaginan
  80. (Kappaphycus alvarezii) sebagai Sumber Serat
  81. untuk Meningkatkan Kekenyalan Mie Kering.
  82. Skripsi Institut Pertanian Bogor. 103 hlm.
  83. Velde F.V.D. and G.A.D. Ruiter,2002. Carrageenan.
  84. Biopolymers. 6: 1-35.